Tumbuhan berupa terna atau setengah perdu, dengan tinggi 45 – 90 cm. Bunga menggerombol berjumlah 3 – 5 pada tiap ruas, posisinya tegak atau menunduk; mahkota bunga berwarna kuning kehijauan, berbentuk seperti bintang. Buah muncul bergerombol berjumlah 3 – 5 pada setiap ruas, panjangnya dapat mencapai 12 cm, rasanya sangat pedas; mempunyai bentuk buah yang bervariasi dari bulat dengan ujung berpapila, berbentuk seperti lonceng sengan sisi-sisi yang beralur, berbentuk seperti kerucut dengan sisi-sisi yang beralur sampai bulat memanjang; kulit berkeriput atau kadang-kadang licin; warna buah setelah masak bervariasi ada yang merah, merah jambu, kuning atau coklat. Biji berwarna kuning pucat (Djarwaningsih 2005).
Jenis ini tersebar hamper meluas di Amerika Selatan bagian Utara dan India Barat serta dibudidayakan sangat umum di daerah Amazone. Buahnya bervariasi dalam ukuran dan warna serta mempunyai rasa yang sangat pedas. Karena pedasnya, maka orang-orang Caribea menggunakannya untuk menyiksa tahanan. Sedangkan di India Barat digunakan untuk suatu upacara “pepper pot” yang artinya penambahan berulang-ulang dari makanan yang mengandung cabai tersebut ke dalam suatu periuk sehingga dalam periuk tersebut tidak pernah kosong (Purseglove et al. 1979). Sejauh ini nenek moyang liarnya belum ditemukan, tetapi diduga berasal dari tipe liar C. frutescens. Hal ini dimungkinkan karena C. sinensis berkerabat dengan C. frutescens (Heiser 1986). Di Indonesia dikenal dengan nama daerah yang berbeda-beda antara lain cabai tomat, cabai belimbing, cabai tawau dan cabai ciremai; baru diketahui keberadaannya di Jawa Barat (Jakarta dan Bogor) serta Kalimantan Timur, Tarakan (Djarwaningsih, 1986).
Gambar Capsicum
sinensis Jacq. kiri: habitus, tengah: bunga, kanan: buah
0 comments:
Post a Comment