Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran kisaran geografis jenis tersebut. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. Bukti terkini dan fosil menunjukkan bahwa kehilangan x% luas daerah, akan mengakibatkan kehilangan x% jenis (Rosenzweig, 2001). Suatu daerah di Indonesia yang relatif luas seperti pulau Sumatra, Kalimantan, dan Papua, secara logika lebih mudah mengalami proses spesiasi sehingga dihasilkan populasi yang makin banyak. Bila ditinjau dari menurunnya luas hutan yang terjadi setiap tahunnya akibat kebakaran, konversi lahan, dan penebangan liar, maka jelas kehilangan jenis juga lebih kurang sama dengan luas hutan yang hilang. Proses spesiasi juga akan mengalami penurunan yang sangat drastis, bahkan kepunahan pun tak dapat dihindari. Kecepatan spesiasi dapat pula ditinjau dari segi lamanya waktu yang diperlukan untuk membentuk jenis, varietas, atau klon baru. Spesiasi melalui hibridisasi jauh lebih cepat daripada spesiasi geografis dan ekologis, karena hibridisasi dengan bantuan manusia pada berbagai jenis anggota Myrtaceae dapat dilakukan dengan cepat dan dapat menghasilkan keturunan berupa hibrida yang segera dapat diamati. Sebaliknya spesiasi alamiah dapat memakan waktu yang sangat lama dan hasilnya kadang-kadang sulit dideteksi. Jadi berdasarkan kecepatannya, ada dua model spesiasi yaitu spesiasi cepat dan spesiasi lambat.
Sumber gambar: species.wikimedia.org
0 comments:
Post a Comment