Pisang dan plantain merupakan tanaman pangan kompleks dengan keragaman, manfaat dan penyebaran yang sangat luas sebagaimana tanaman pangan lainnya. Setelah evolusi yang simultan dan bebas melintasi Asia, Polinesia, dan Afrika, awalnya berasal dari pisang liar yang merupakan gulma, berbiji, tidak dapat dimakan bermetamorfosis menjadi tanaman yang didomestikasi, partenokarpi (tidak berbiji), bercita rasa sehingga dapat dimakan. Hal ini terjadi melalui perjalanan evolusi yang sangat panjang.
Salah satu mekanisme yang terjadi dalam perjalanan evolusi yaitu domestikasi melalui seleksi oleh manusia. Pisang liar semuanya diploid, merupakan leluhur dari pisang budidaya yaitu M. acuminata dan M. balbisiana terkadang melibatkan pula M. textilis dan M. schizocarpa (Pillay & Tenkuoano, 2011). Simmonds (1962) mengajukan bahwa awal domestkasi pisang diploid terjadi di pusat primer yaitu Malaysia menghasilkan pisang partenokarpi M. acuminata ssp. banksii yang juga berkontribusi terhadap perkembangan partenokarpi lainnya. Perkembangan partenokarpi juga dilaporkan terjadi di India pada M. acuminata ssp. Burmannica (Uma et al. 2005). Hal serupa terjadi pula pada “pisang Rejang” yang merupakan pisang berbiji leluhur dri “Pisang Lilin” (Nasution 1991).
Selain faktor eksternal seperti domestikasi dan seleksi, perkembangan petenokarpi terjadi karena faktor internal misalnya restitusi kromosom dan back-cross secara berulang dengan tetuanya. Hal ini terjadi isalnya pada “Pisang Saba, Pisang Kepok, Pisang Nipah” yang merupakan varietas partenokarpi dari leluhurnya M. balbisiana (Danh et al. 1998).
Edibilitas pisang terjadi selama bertahun-tahun dengan mengakuisisi partenokarpi dilengkapi dengan perkembangan sterilitas. Intervensi manusia dan alam terhadap seleksi pisang diploid edible menginduksi terjadinya mutan steril yang akhirnya menghasilkan keragaman yang luas dari diploid AA. Selain partenokarpi (seedless), dan sterilitas, edibilitas pisang juga melibatkan perkembangan cita rasa manis. Introgresi alami di antara klon-klon suatu subspecies dan campur tangan seleksi oleh manusia untuk menghasilkan diploid edible merupakan tahapan vital dalam evolusi pisang.
Perkembangan pisang poliploid khususnya triploid terjadi akibat akumulasi dari perubahan struktural kromosom dalam periode lama akibat reproduksi vegetative yang terus menerus terjadi dan juga akibat seleksi sifat tidak diinginkan yaitu biji fertil (Simmonds 1962a). Sterilitas pada pisang diploid tidak berkaitan dengan hibriditas struktural tetapi dikontrol secara genetik (Faure et al. 1993). Restitusi betina mengarah pada produksi gamet diploid (tidak memisah) dan hibridisasi di antara subspecies M. acuminata ssp atau di antara spesies pisang yang berbeda pada akhirnya menghasilkan pisang triploid. Pembentukan gamet diploid (tidak memisah kromosom) dilaporkan sering terjadi baik pada pisang diploid jantan maupun betina (Dods & Simmonds, 1946 dalam Pillay & Tenkuoano 2011).
Sumber gambar: libweb.hawai.edu
0 comments:
Post a Comment