Saturday, January 23, 2016

Sumber Keanekaragaman Pada Keluarga Sapindaceae

1. Evolusi

Salah satu anggota angiospermae adalah Sapindaceae, yang dikenal sebagai suku lerak-lerakan. Sapindaceae dalam arti sempit hanya meliputi suku ini saja, namun dalam perkembangannya, suku Aceraceae dan Hypocastanaceae digabung ke dalam Sapindaceae (Jud et al, 2002). 

Sapindaceae diusulkan untuk dibagi menjadi empat anak suku yaitu Sapindoideae, Dodonaeoideae, Hippocas-tanoideae, dan Xanthoceroideae (Harring-ton et al, 2005). Berdasarkan skenario bi-ogeografi, diduga bahwa Sapindaceae be-rasal dari Eurasia sekitar awal Cretaceous, setelah itu menyebar ke Asia Tenggara pada akhir Cretaceous atau awal Palaeo-cene. Dari sini, nenek moyang Sapin-daceae menyebar ke Australia – Antarti-ka, diikuti oleh rangkaian penyebaran yang lebih luas, baik di belahan bumi utara maupun selatan (Buerki et al, 2011). Skenario biogeografi tersebut menduga bahwa wilayah Asia Tenggara merupakan pusat diversifikasi dan penyebaran Sapin-daceae di daerah tropik.
Peneliti lain melihat evolusi Sapindaceae dari segi kromosom yang jumlahnya bervariasi, ada yang 2n = 14, sampai 2n = 96. Variasi jumlah kromosom menunjukkan bahwa disploidi mungkin memainkan peranan penting dalam evolu-si suku ini (Lombello & Forni-Martins 1998). Bukti bahwa evolusi merupakan sumber keanekaragaman bisa diperoleh dari fosil, distribusi sifat-sifat umum kelompok organisme, variasi geografi dan studi lingkungan (Judd et al, 2002).

2. Spesiasi dan Hibridisasi 

Spesiasi dapat dihasilkan dari pe-rubahan adaptif (Jud et al. 2002). Suatu jenis yang telah memasuki lingkungan ba-ru yang berbeda dari lingkungan induknya dapat beradaptasi di tempat tersebut. La-ma-kelamaan dapat terjadi perubahan secara lambat dalam morfologinya, mungkin juga ada isolasi reproduksi yang mencegah keberhasilan perkawinan. Adanya rintangan geografi dapat pula menjadi penghalang bagi jenis terse-but untuk dapat mengadakan perkawinan (Jud et al. 2002). Salah satu masalah dalam mempelajari spesiasi adalah prosesnya yang lama. Kita hanya bisa melihat peristiwa ini setelah bertahun-tahun lamanya dan harus menduga suatu proses berdasarkan polan-ya (Jud et al. 2002).

Pembentukan variasi pada tana-man baru dapat juga dihasilkan melalui proses hibridisasi. Meskipun spesiasi hibrid banyak berasosiasi dengan polip-loidi, namun pada beberapa kasus dijumpai hibridisasi diploid, dimana persi-langan antara dua jenis diploid menghasilkan jenis diploid pula (Jud et al. 2002).
Anggota Sapindaceae yang men-galami hibridisasi dapat dijumpai pada Aesculus L. Contoh anggota marga ini adalah jenis A. pavia L., A. sylvatica W. Bartram, dan A. flava Sol. Hibrid yang terbentuk adalah A sylvatica x A. pavia dan A sylvatica x A. flava. Ketiga jenis ini dan hibridnya ada di bagian tenggara Amerika Serikat (Hardin, 1957).

Sumber gambar : www.digitalnaturalhistory.com

0 comments:

Post a Comment