Saturday, January 23, 2016

Solanum torvum Swartz

Tanaman yang popular di Indonesia dengan istilah “cepokak” ini sebenarnya indigenus Amerika Tengah dan Latin, dimana ditemukan dari Mexico sampai Brazil dan Peru, juga tersebar luas di Karibia. Saat ini merupakan gulma pantropical yang dibudidayakan sebagai sayuran pada skala kecil di Asia Selatan dan Timur, juga popular di Thailand dan Indonesia (Lim 2013).

S. torvum dapat ditemukan di tempat terbuka atau sedikit naungan di daerah umum/ramai, pinggir jalan, lahan tak berguna, lembah, jurang, semak belukar, tempat basah dekat pemukiman penduduk, yang memiliki curah hujan tahunan 2000 mm. Ditemukan pula di tepi sungai, bahkan area kering dengan curah hujan kurang kurang dari 600 mm, toleran kekeringan, dan teradaptasi pada kisaran luas tanah mulai dari dekat permukaan laut sampai altitude 2000 m (Lim 2013).

Karakteristik morfologi tanaman ini sebagai berikut : batang tegak, ramping, semak perennial berumur pendek, tinggi 1-3 m. Permukaan ditutupi trikoma bintang (stellate). Batang berduri hitam, kemerahan atau kuning pucat. Daun sederhana, alternatus, tunggal, atau berpasangan, petiole panjangnya 2-4 cm, helaian daun ovatus sampai elips ukurannya 6-19 x 4-13 cm, ujung acutus, basal membulat atau oblique. Perbungaan aksiler, jumlah bunga banyak, bertipe rasemosa panikula. Bunga andromonoecious, pentamer, pediselus ramping, panjangnya 5-12 mm, kaliks berbentuk angkir, lobus ovatus-lanseolatus dengan panjang 3-4 mm, korola putih, melingkar, lebar 2,5 cm, tabung pendek dengan 5 lobus yang pendek berbentuk ovatus-lanseolatus berukuran 8-10 mm. Stamen 5, kuning, epipetalus dan tegak. Ovarium superior, globose, pubescent, panjang stilus 6-8 mm, stigma kapitatus. Buah berbiji banyak, lembut, glabrous, globose, berry hijau sampai hijau kekuningan saat matang, diameter 1-1,5 cm, pediselus tebal. Biji discoid, coklat berdiameter 1,5-2 mm (Lim 2013).
Gambar Solanum torvum Swartz. kiri: habitus, tengah: bunga, kanan: buah

0 comments:

Post a Comment